Kamis, 11 November 2010

Ups Kena D


Ups kena dech….

Pagi ini cantik sekali. Kabut putih yang lembut menyelimuti bukit nan hijau, ombak putih menerjang karang dikebiruan laut yang memesona/ malu-malu mentari menyeruak di balik bukit. Pagi yang sempurna.Subhanallah.
 Seraut wajah Faris yang berhias bintik-bintik keringat terlihat segar. Sekilas, senyum mengembang samar-samar dibibirnya. Dengan sedikit tergesa, Faris menuju tempat parkir untuk memarkir Federal kesayangannya.
”Assalmualaikum!”
Alhamdulillah! Akhirnya kamu datang juga Ris,”
”Jawab salam dulu dong.”
”Waalaikumsalam. Hem! Boleh pinjam PR kan?”
”PR? PR apaan?”
”Cepet! Nggak usah pura-pura, bentar lagi bel.”
”Emang ada PR yach?”
”Bener kamu nggak mengerjakan?”
Basri menatap Farid gamang. Melihat wajah penuh harap dan ketakutan itu Faris tak tega juga menggoda Basri lama-lama. Lalu Faris menyodorkan buku yang berisi penyelesaian Prnya.
”Hah! Kamu ngerjain. Hem thanks. Jazakillah. Nuwun. Kasih be.”
Teng teng teng!
Lima menit kemudian bel tanda masuk berbunyi. Basri lunglai dan menyelonjorkan kakinya. Lemas! Karena tak semua PR bisa disalinnya.
            Faris tak ada di kelas! Basri tak mampu menahan rasa penasarannya.
”Bu Afifah..... Faris...?”
”Faris sedang mengikuti seleksi pemilihan siswa teladan. Masa kamu nggak tahu Basri?”
basri hanya tersenyum malu.
***
            Selesai mengikuti seleksi pemilihan siswa teladan di tingkat provinsi  Faris menyempatkan diri menikmati indahnya Kota Banda Aceh. Dan, rasa sakit itu menyerang lagi. Faris meras tubuhnya lemas.Faris merasa tak bertenaga, ia heran mengapa ia cepat sekali merasa lelah, mudah terserang flu dan diare, berat badannya cepat turun dan mudah sariawan. Selain itu Faris juga susah konsentrasi dan mudah sekali merasa malas. Dengan penuh was-was Faris memberanikan diri melakukan serangkaian tes dan konsultasi dengan dokter di RSUD Banda Aceh.
Melihat hasil laboratorium, seketika wajah Faris pias. Terlebih saat mebaca hasil diagnosa dokter.
Faris merasa dunianya sudah berakhir, ia merasa tak berharga dan apa yang dilakukannya dalam menjaga pergaulan menjadi sia-sia. Faris, selama ini begitu hati-hati menjaga dirinya dari kesalahan yang disengaja selalu berusaha melakukan apapun dalam batas-batas yang diperbolehkan agama. Ada dendam di hati Faris, ia merasa layak membagi penyakit yang diidapnya dengan orang lain.
The end

Tidak ada komentar:

Posting Komentar