Senin, 13 September 2010

Langkah 1

Jika waktu itu sebuah keajaiban, maka segala yang melingkupinya adalah jutaan meteor yang menaburkan keindahan tanpa jeda. Dan, aku menjadi keindahan itu sendiri bersama sekian peristiwa dan tempat yang menjadi latarnya.
Daun yang terjatuh slow motion menundukkan ego, mematri kerendahan hati dan ketaklukan pada Sang Pencipta (Rabb). Lalu suara angin yang mendesau lirih mengajarkan menjadikan diri tak terlihat tapi menyuarakan kedamaian. Air yang mengalirkan dikeheningan memberi musik bagi ketenangan tanpa mengusik keselarasan.

Dan, apakah diri ini menyerap segenap tarbiyah itu dengan tunduk dan ikhlas?
Sementara ingin ini menggelegak bertameng NARSIS yang seolah biasa.
Lalu NARSIS yang saudara kembar RIYA itu mengaburkan maknanya seolah biasa dan wajar.
Begitu mudah kita melenakan diri pada pendangkalan makna yang sedikit dan pasti merobohkan ke diri an kita tanpa ampun.

Menggoyahkan langkah yang sempoyongan, sepi meraja, dan otak yang teristirahatkan hingga pendangkalan demi pendangkalan makna menerobos dengan leluasa.

Ya Rabb.
Aku bersembunyi dalam hening MU
Mendedah segenap kerak hati yang memberati langkah menuju MU
Di setiap pendangkalan makna yang mengepung tanpa ampun
Memborbardir setiap diri dengan semangat
Menghisap segenap izzah sebagai makna diri
Dan, hilangnya diri menjadi bukan kehilangan

Karena diri tlah hilang di tanpa jejak
Mencarinya? seperti enggan
Diri itu hanyut
Gamang sendiri

Lalu langkah apa yang pasti?
Aku menanyai diriku yang tersisa
Yang mulai terseok
Karena diri itu tak utuh
Hingga aku ragu menanyainya
Benarkan itu aku?????

1 komentar: